Banyak
penelitian yang secara konsisten menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat
mengurangi penyakit diare pada anak. Tetapi pada kenyataannya sulit
untuk membiasakan mencuci tangan dengan sabun karena kegiatan ini melibatkan
perubahan perilaku yang cukup kompleks. Oleh karena itu meskipun program kesehatan
ini cukup gencar dipromosikan di masyarakat dengan angka kematian anak yang
tinggi, umumnya praktik ini masih jarang dilaksanakan. Mencuci tangan dengan
air saja masih lebih sering dilakukan karena mahalnya sabun bila dibandingkan
dengan pendapatan rata-rata masyarakat. Program promosi cuci tangan terfokus pada
lima waktu penting untuk mencuci tangan yaitu: setelah buang air besar, setelah
memegang kotoran anak atau mencebok anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum memberikan
makan anak, dan sebelum makan. Dimana program ini akan membuat ibu-ibu dari
kalangan miskin akan mencuci tangan mereka setidaknya 10 kali perhari. Lebih lanjut, Jika ibu juga diminta untuk mencuci
tangan setelah menyentuh hewan peliharaan, kotoran hewan dan setelah batuk atau
bersin, jumlah mencuci tangan dengan
sabun akan melebihi 20 kali per hari. Dalam rumah tangga berpendapatan rendah, sabun
digunakan secara seksama untuk menghemat uang yang dapat digunakan untuk
membeli makanan dan kebutuhan lainnya. Seringnya mencuci tangan dengan sabun,
terutama jika dilakukan oleh semua anggota keluarga, akan berpengaruh terhadap
keuangan rumah tangga. Sebuah tinjauan menyatakan intervensi komunikasi
kesehatan di negara-negara berpenghasilan rendah yang berfokus pada beberapa
pesan akan lebih efektif daripada intervensi komunikasi yang menargetkan banyak
perubahan perilaku. Langkah yang tepat dapat meningkatkan efektivitas intervensi
promosi mencuci tangan untuk mendorong mencuci tangan hanya pada waktu yang
paling penting untuk memutus transmisi patogen. Akhirnya,mencuci tangan dengan
air saja menjadi perilaku yang akan lebih mudah untuk dilakukan.
Penelitian
dilakukan kepada 347 rumah tangga dari 50 desa di
pedesaan Bangladesh pada tahun 2007. Selama 2 tahun, komunitas yang telah
dilatih diminta untuk mengunjungi setiap rumah tangga yang terdaftar dan
mengumpulkan informasi tentang terjadinya diare pada anak dengan usia kurang
dari 5 tahun. kemudian dibandingkan angka kejadian diare antara rumah tangga
yang mencuci tangan dengan air sebelum menyiapkan makanan dan yang tidak
mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan. Antara rumah tangga yang mencuci
tangan dengan atau tanpa sabun sebelum memberi makan anak, sebelum makan, atau
setelah mencebok anak setelah buang air besar.
Hasilnya,
terdapat perbedaan signifikan angka kejadian diare antara rumah tangga yang
mencuci tangan dengan air dan yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan dan
memberi makan pada anak. Tetapi tidak terdapat perbedaan angka kejadian yang
signifikan antara rumah tangga yang mencuci tangan dengan sabun dan tanpa
menggunakan sabun sebelum menyiapkan dan memberi makan pada anak, sebelum
makan, dan setelah mencebok anak.
Dari
penelitian ini, mungkin dapat kita petik beberapa pelajaran seperti betapa
sukarnya meminta ibu-ibu dari golongan kurang mampu untuk menuci tangan dengan
sabun sesering yang direkomendasikan oleh institusi kesehatan dikarenakan
keterbatasan biaya. Tetapi, setidaknya kita bisa sedikit mengurangi resiko
diare dengan memberikan edukasi yang tidak terlalu kompleks dan sederhana yang
masih bisa dijangkau oleh masyarakat dari golongan kurang mampu.
Luby, Stephen P. et al. “The Effect of Handwashing at Recommended Times
with Water Alone and With Soap on Child Diarrhea in Rural Bangladesh: An
Observational Study.” Ed. Zulfiqar A. Bhutta. PLoS Medicine 8.6 (2011): e1001052. PMC. Web. 31 Oct. 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar